www.Virtual Islamic.Blogspot.com
Menjadi seorang suami memang membutuh sesuatu satu kematangan emosional & berpikir yg baik. Tentunya, hal itu tidak lepas dari kuantitas & kualitas ilmu yg dimiliki. Semakin banyak ilmu yg dimiliki oleh se...orang lelaki (khususnya ilmu agama dan ilmu kerumah tanggaan), maka Insya Allah akan semakin baiklah ia menjalankan peranannya sebagai seorang suami. Tanpa disokong dg kuantitas & kualitas ilmu yg baik, niscaya kematangan emosional & cara berpikir tidak akan tercapai dg baik. Dan tanpa adanya kedua hal tersebut maka rumah tangga akan menjadi lahan empuk bagi suami untuk menerapkan kesewenang"nya terhadap seluruh anggota keluarga yg tinggal di rumahnya. Istri menjadi lahan jajahan yg empuk bagi para suami, hal ini banyak sekali terjadi karena minimnya kadar ilmu seorang suami. Suami senantiasa menuntut untuk dilayani & dituruti setiap keinginan & perintahnya. Seolah" istri adalah robot yg harus melayani kemauannya semata. Merasa menjadi orang yg paling berjasa dalam rumah tangga karena telah mencari nafkah untuk keluarga, banyak suami yg akhirnya senantiasa "ongkang-ongking kaki" (baca: sama sama sekali tidak (ingin) bekerja atau berbuat sesuatu) dalam rumah tangga. Tidak mau sedikitpun membantu pekerjaan yg ada di rumah, terlebih lagi yg memang pada umumnya dikerjakan oleh para wanita. Seolah" haram bagi mereka untuk menyetuh atau membantu mengerjakan pekerjaan istrinya di rumah. Rasulullah saw adalah seorang suami teladan bagi semua umat manusia. Di luar rumah beliau berperan sebagai seorang panglima perang & fiqur dakwah, & di rumah beliau pun mampu berperan sebagai suami terbaik. Memiliki suami seperti Rasulullah saw, tentunya tidak ada yg akan menolak. Dan menjadi suami seperti Rasulullah saw, tentunya setiap lelaki yg berakal sehat pun pasti menginkannya. Memang, untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah saw tidak dapat dilakukan dg sepenuhnya (sama persis beliau apa adanya). Karena pada dasarnya, beliau adalah seorang Rasul yg terjaga dari kesalahannya & maksiat sekecil apapun, sementara kita hampir selalu saja bersentuhan dg yg namanya maksiat atau dosa, baik sengaja maupu tidak sengaja. Hanya saja, sebagai umatnya kita tentu saja dapat memaksimalkan usaha untuk dapat mengikuti jejak beliau dalam berumah tangga. Untuk menjadi seorang suami seperti Rasulullah saw, kita dapat berusaha untuk senantiasa mengaplisakan apa" yg beliau aplikasikan di dalam rumah tangga. Di dalam rumah tangga, Rasulullah saw tidak bersifat meraja yg selalu ingin atau meminta untuk dilayani. Rasulullah saw tidak pernah memperbudak istri" beliau. Justru beliau sangat sayang & menghormati istri" beliau, mendidik istri" beliau & bersikap seadil"nya. Rasulullah saw senantiasa mengerjakan pekerjaan" rumah tangga dg ikhlas. Beliau membantu mengerjakan & menyelesaikan pekerjaan istri"nya. Hebatnya lagi, beliau merupakan seorang Rasul Allah swt, tokoh dakwah terkemuka, & sebagai panglima perang tidak pernah merasa malu atau malas untuk mengerjakan pekerjaan" istri beliau (pekerjaan wanita). Beliau suka menjahit pakaian beliau sendiri yg robek. Dan Rasulullah saw berada di rumah, beliau juga bekerja membantu memerah susu. Semaksimal mungkin beliau pun bersikap mandiri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, melayani diri sendiri & tidak menekan sang istri untuk mengerjakan rumah tangga sendiri. Kalau kita lihat dimasa ini, tidak banyak suami yg bersedia untuk mengerjakan pekerjaan wanita atau istrinya. Mencuci pakaian, mencuci piring, menyetrika dll adalah mutlak menjadi tugas istri. Padahal Rasulullah saw tidaklah demikian, beliau berdakwah, berperang, & juga masih mengerjakan pekerjaan" rumah tangga (pekerjaan istri). Rasulullah saw tidak pernah mengatakan bahwa Rasulullah saw adalah seorang suami yg senantiasa mengerjakan pekerjaan" rumah yg biasa dilakukan oleh para istri, termasuk melayani kebutuhan beliau sendiri. Aisyah ra pernah ditanya: "Apakah yg dilakukan Rasulullah saw di dalam rumah?" Aisyah ra menjawab: "Beliau saw adalah seorang manusia. Beliau menambal pakaiannya sendiri, memerah susu, & melayani diri beliau sendiri." {HR. Ahmad & Tirmidzi} Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada Aisyah ra: 'Apakah yg dilakukan Rasulullah saw di rumah?' Aisyah ra menjawab: 'Beliau membantu keluarga, apabila mendengar seruan adzan, beliau segera keluar (untuk menunaikan shalat)". {HR. Muslim} Rasulullah saw adalah seorang Rasul Allah swt yg mulia. Fiqur dakwah & panglima perang besar yg gagah perkasa. Namun beliau tidak pernah merasa enggan, malas, atau gengsi untuk membantu pekerjaan istri" beliau. Beliau tidak pernah mengeluh manakala harus melayani kebutuhannya sendiri. Bagaimana dg kita? Masihkah kita akan tetap bersikap meraja di dalam rumah tangga? Dan sebuah pelajaran bagi ana dan para calon" pemimpin rumah tangga yg sebagaimana yg dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar